MAKALAH TERAPI BAHAN ALAMSaw Palmetto(Serenoa repens) I. PENDAHULUANSaw palmetto

MAKALAH TERAPI BAHAN ALAM

Saw Palmetto(Serenoa repens)

 

  1. I.         PENDAHULUAN

Saw palmetto adalah palem kipas  kecil yang biasanya batang tetap bawah tanah atau berjalan hanya sepanjang permukaan. Dalam beberapa kasus, mengembangkan batang tegak atau melengkung dapat mengangkat lingkaran daun 2-8 ft (0,6-2,4 m) di atas tanah. Daun palmate 2-3 ft (0,6-0,9 m) berwarna hijau atau kebiruan. Cluster daun sekitar 4-6 kaki (1,2-1,8 m) tinggi dengan penyebaran yang sama. Di alam liar, Saw palmetto sering tumbuh dalam rumpun 20 ft (6 m​​). Pada petioles (tangkai daun) adalah sekitar 2 kaki (0,6 m) panjang dan tajam bergigi. Buah berbentuk bulat, hitam saat masak dan diameter sekitar satu inci. Bentuk sangat menarik dengan daun biru keperaka. Terdapat di sepanjang pantai Atlantik di Florida(1).

  1. a.      Lokasi

Saw palmetto terjadi secara alami di dataran pantai dari Carolina Selatan ke tenggara Louisiana. Tumbuh di berbagai habitat dari pasir pantai dan semak kering dengan hutan lembab, Flatwoods pinus dan bahkan lahan basah. Saw palmetto dapat menjadi penutup tanah yang dominan di hutan pinus tenggara tertentu, kadang-kadang mencakup ratusan hektar(1)..

  1. b.      Culture

Setelah dikembangkan, Sawpalmetto hampir bebas perawatan

Cahaya      : Menyukai sinar matahari penuh, tetapi dapat mentolerir matahari parsial.

Kelembaban: Tahan terhadap kekeringan tetapi juga dapat mentolerir tanah lembab

Ketahanan : Hardy di zona 8-10

Propagasi   : Oleh biji(1).

  1. c.       Pemakaian

Saw palmetto adalah palem kecil yang indah dan layak mendapat tempat di bentang alam hias dengan bentuk perak yang sangat menarik. Tanaman Saw palmettos di depan rumpun pohon palem yang lebih besar, atau bahkan di bawah telapak tangan yang besar. Jangan menanam sawit ini di dekat trotoar atau di mana anak-anak bermain karena duri  tajam gigi gergaji yang berbahaya(1).

  1. d.      Penggunaan

Buah dari saw palmetto digunakan sebagai pengobatan untuk benign prostatic hyperplasia atau pembesaran kelenjar prostat. Buah ini  juga digunakan sebagai diuretik untuk kandung kemih, meningkatkan aliran urin, dan mengurangi frekuensi kencing. Buah ini dapat membantu mencegah kanker prostat(1).

Saw palmetto berry selalu menjadi sumber makanan yang berharga bagi satwa liar. Sebagai efektivitas mereka sebagai pengobatan untuk berbagai gangguan manusia dikonfirmasi terus meningkat. Makhluk liar sekarang harus bersaing dengan kolektor manusia untuk buah palmetto gergaji(1).

 

 

 

 

 

 

Gambar 1 : Buah Saw Palmetto(1).

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah suatu keadaan dimana terjadi pembesaran progresif pada kelenjar prostat umumnya terjaid pada pria lebih dari 50 tahun yang menyebabkan obstruksiuretral dan mnyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra(2).

Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hyperplasia prostat tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hyperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar Dehidrotestosteron (DHT)yang berasal dan testosteron dengan bantuan enzim 5α-reduktase sebagai mediator utama pertumbuhan prostat. Dalam sitoplasma terdapat reseptor untuk DHT yang jumlahnya akan meningkat dengan bantuan estrogen. DHT yang dibentuk akan berikatan dengan reseptor membentuk DHT-Reseptor komplek. Kemudian masuk ke inti sel dan mempengaruhi RNA untuk menyebabkan sintesis protein sehingga terjadi proliferasi sel. Hipotesis lain tentang penyebab hiperpalasia prostat yaitu adanya gangguan keseimbangan hormon androgen dan estrogen, dengan bertambahnya umur diketahui bahwa jumlah androgen berkurang sehingga terjadi peningkatan estrogen secara retatif. Estrogen dapat mempengaruhi prostat bagian dalam, bagian tengah, lobus lateralis, dan lobus medius hingga pada bagian hiperestrinisme yang akan mengalami hyperplasia, serta peranan dari growth factor  (faktor pertumbuhan) sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat(3).

Manifestasi dari BPH dalah peningkatan nokturia,  abdomen tegang, aliran urin yang tidak lancer dan retensi urin akut(4).

 

  1. II.      TERAPI BPH
    1. Tujuan utama terapi pada pasien hyperplasia prostat adalah untuk :
    2. Memperbaiki keluhan miksi
    3. Meningkatkan kualitas hidup
    4. Mengurangi obstruksi infravesika
    5. Mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal
    6. Mengurangi residu urin setelah miksi
    7. Mencegah progresifitas penyakit(5).

 

  1. Terapi farmakologi :
  2. Penghambat reseptor adrenergic-α

Pemberian obat yang secara selektif menghambat reseptor adrenergik-α bisa mengurangiresiko efek samping. Obat yang digunakan sebagai salah satu terapi pada BPH yaitu phenoxybenzamin. Obat tersebut merupakan inhibitor alfa tidak selektif yang mampu memperbaiki laju panacaran miksi dan mengurangi keluhan miksi. Namun, obat tersebut menyebabkan komplikasi sistemik yang tidak diharapkan seperti hipotensi postural dan kelainan kardio vascular lainnya. Akhir0akhir ini telah ditemukan obat baru golongan adrenergic α1A, yaitu tamsulosin yang sangat selektif terhadap otot polos pada prostat. Obat ini mampu memperbaiki pancaran miksi tanpa menimbulkan efek berlebihan terhadap tekanan darah maupun denyut jantung. Dosis yang awal yang digunakan adalah 0,4 mg/hari yang bisa dinaikan sampai 8 mg/hari(6).

 

  1. Penghambat 5 α reduktase

Obat jenis ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan DHT dari testosterone yang dikatalisis oleh enzim α-reductase di dalam sel prostat. Penurunan kadar DHT akan menurunkan pula sintesis protein dan replikasi sel-sel prostat. Finasteride merupakan salah satu obat yang bekerja dengan mekanisme tersebut. Obat ini berpengaruh terhadap komponen epitel prostat, mengurangi ukuran kelenjar dan gejala yang muncul. Terapi selama 6 bulan mampi mengurangi gejala dari BPH hingga 20 %. Efikasi, keamanan dan daya tahannya telah terbukti secara klinis, namun perbaikan dari gejala-gejala nya hanya muncul pada pria dengan pembesaran prostat lebih dari 40cm3. Efek samping yang muncul adalah penurunan libido, volume ejakulasi dan impotensi(6).

 

  1. Fitoterapi

Fitoterapi mengacu pada penggunaan tanaman atau ekstrak tanaman untuk tujuan medis. Penggunaan fitoterapi pada BPH mulai banyak dilakukan di eropa dan Amerika. Beberapa tanaman yang popular digunakan diantaranya yaitu saw palmetto atau palmetto berry, kulit kayu Pygeum africanum, akar Echinacea purpurea, dan Hypoxis rooper. Penggunaan fitoterapi menimbulkan efek positif pada gejala dan perbaikan aliran urin. Namun, mekanisme fitoterapi belum diketahui secara pasti baik efikasi maupun keamanannya(6).

 

  1. III.   Saw Palmetto

Klasifikasi saw palmetto :

Kingdom              : Plantae

Subkingdom         : Tracheobionta

Divisi                    : Magnoliophyta

Kelas                    : Liliopsida

Subkelas               : Arecidea

Ordo                     : Arecales

Family                  : Arecaceae

Genus                   : Serenoa Hook F.

Spesies                 : Serenoa repens (W. Bartram) Small

            Saw palmetto atau Serenoa repens merupakan agen pototerapi yang paling popular digunakan untuk pengobatan BPH. Saw Palmetto berasal dari Amerika dan telah banyak digunakan sebagai terapi pilihan pada penuakit BPH di Eropa. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menilai efikasi dan keamanan dari saw palmetto(1).

 

  1. 1.      Iklan produk

Nama produk                         :Gaia Herbs ‘ Saw Palmetto Liquid Phyto Caps

Isi                               : 30 kapsul lunak

Harga                                     : $ 26.99

Kandungan                : Per 2 kapsul mengandung 376 mg ekstrak Serenoa repens

Dosis                          : 2 kapsul/hari setelah makan

Cara konsumsi            : ditelan (per oral)

Kegunaan                    : Antagonis Hormon Androgen ; Suplemen ; meningkatkan kemampuan berkemih pada penderita Benign Prostatic Hyperplasia

Efek samping obat    : Dapat meningkatkan disfungsi seksual pada pria dengan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Diproduksi oleh         : Gaia Herbs Inc.

 

Gambar 1 : Produk Saw Palmetto

 

 

 

  1. 2.      Efek farmakologis dan mekanisme

Judul jurnal : Pharmacological effect of Saw Palmetto Extraxt in the Lower Urinary Tract

Ekstrak dari buah Saw Palmetto (Serenoa repens) telah digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan pada genitourinary, meningkatkan produksi sperma, ukuran payudara, libido atau sebagai diuretic ringan. Di banyai Negara seperti Eropa, Jerman, Italia dan Austria menggunakan Saw palmetto sebagai fitoterapi lini pertama atau first line untuk mengobati penyakit BPH meskipun belum ada guidline yang merekomendasikannya(7).

Ekstrak buah Saw Palmetto memiliki aktivitas sebagai antagonis α adrenoreseptor yang secara signifikan mampu meringankan gejala iritasi dan obstruktif dysuria akibat BPH. Mekanisme Saw Palmetto belum sepenuhnya diketahui, meskipun telah banyak dilaporkan bahwa Saw Palmetto mampu menghambat 5 α reduktase, sebagai anti androgenic, anti proliferasi, anti inflamasi dan anti edema(7).

–          Efek anti andogenik : berperan dalam perkembangan dan pertumbuhan kelenjar prostat yang bergantung pada stimulus androgen. DHT merupaka salah satu factor penentu dalam pertumbuhan kanker prostat.

–          Inhibitor 5 α reduktase : belum ada penjelasan lebih lanjut, namun Saw Palmetto diketahui mampu mengahmbat isozin 5 α reduktase 1 dan 5 α reduktase 2 sebagai mediator utama pertumbuhan prostat secara kompetitif. Komponen pada Saw Palmetto yang mampu menghambat 5 α reduktase 1 adalah asam laurat dan asam linoleat. Sedangkan 5 α reduktase 2 adalah asam miristat. Komponen lain seperti sam palmitat, stearate, asam lemak, sterol, dan alcohol tidak aktif terhadap keduanya.

–          Efek Anti inflamasi : kejadian hiperplasi sering ditandai dengan adanyan inflamasi. Efek anti inflamasi diindikasikan sebagai salah satu mekanisme dari Saw Palmetto. Saw Palmetto menunjukkan efek antiinflamsasi dan anti edema (pembengkakan) secara in vivo dengan menghambat produksi metabolit 5-Lipoxygenase. Komponen asam dari Saw Palmetto mampu menghambat biosintesis siklooksigenase dan metabolit 5-lipoksigenase. Pemakaian Saw Palmetto setelah 3 bulan mampu menurunkan kadar IL-1β sebagai tumor necrosis factor (TNF)-α.

–          Efek Anti-Proliferasi : penggunaan Saw Palmetto baik dalam stroma dan
epitel, indeks proliferasi menunjukkan penurunan secara signifcant, penurunan indek proliferasi, indeks apoptosis menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dalam
Jaringan BPH. Selain itu, Saw Palmetto menghambat efek prolactin yang mampu menginduksi pertumbuhan prostat dengan menghambat tansduksi signal prolactin reseptor.   dan androgen pada prostat.

 

 

Gambar 2 : mekanisme aksi famakologi saw palmetto(7).

Secara keseluruhan, ekstrak buah Saw Palmetto secara farmakologis mampu menghilangkan gejala iritasi dan obstruktif dari dysuria pada BPH dan gejala yang terkait dengan saluran kemih bagian bawah atau LUTS (Lower Urinary Tract Sympthoms)(7).

 

  1. 3.         Review Jurnal Hasil Uji Klinik

Judul jurnal : Effect of Increasing Doses of Saw Palmetto Extract on Lower Urinary Tract Symptoms (a Randomized Trial)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah Saw Palmetto (Serenoa repens)sebagai pilihan terrapin pengobatan BPH dengan 3x peningkatan dosis standar (160 mg 2 kali sehari). Metode yang digunakan yaitu Randomized Controlled Trial (RCT) secara double bind-multi center di 11 kota di Amerika Utara pada 5 juni 2008 sampai 10 Oktober 2010 dengan jumlah probandus 369 laki-laki yang berusia 45 tahun atau lebih yang memiliki kecepatan aliran berkemih 4ml/detik(8).

Eksklusi : pengobatan invasi pada BPH menggunakan alpha blocker selama 1 bulan, 5 alpha reduktase inhibitor selama 3 bulan, atau pitoterapi dengan extract saw palmetto selama 3 bulan, fungsi tes hati yang mununjukkan kenormalan setelah 3 kali test, penggunaan antikoagulan, kondisi medis yang tidak stabil, kondisi neurologis yang mempengaruhi berkemih, prostatitis, kanker prostat atau kandung kemih (PSA) lbih dari 10μg/L, inkontinensia berat(8).

 

Gambar 3 : desain penelitian(8).

Dari 470 probandus, 101 eklusi dan 369 inklusi. 183 dari inklusi diberikan extract saw palmetto dan 186 sebagai placebo. Dosis yang digunakan yaitu 320 mg/hari dengan peningkatan dosis pada 24 dan 48 minggu(8).

                        Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak buah Saw Palmetto dengan dosis yang lebih tinggi 3x lipat dari dosis standar menunjukkan perbaikan gejala dari pada BPH termasuk berkurangnya frekuensi nokturia, volemu residu dikandung kencing, dan bertambah lanacar nya aliran kencing. Namun, efek ini tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan penggunaan dosis 160 mg(8).

  1. 4.      Interaksi Obat
    1. Saw palmetto + Antikoagulan

        Respons  meningkat terhadap pengobatan antikoagulan pada pasien yang juga menggunakan saw palmetto. Saw palmetto tampaknya tidak memiliki efek klinis yang relevan pada mayoritas isoenzim sitokrom P450 dan tidak ditemukan adanya interaksi lain dengan saw palmetto(9).

        Efek anti koagulan akan meningkat pada pasien yang mengkonsumsi warfarin setelah ia menggunakan Curbicin (Saw palmetto, Cucurbita dan vitamin E). Produk ini juga telah dikaitkan dengan peningkatan efek pada pasien yang tidak menggunakan antikoagulan. Perdarahan selama operasi telah dilaporkan sering pada pasien lain yang sudah memakai Saw Palmetto(9).

     Mekanisme : laporan penelitian menunjukkan mekanisme adanya kehadiran vitamin E dalam penyusunan Curbicin (masing-masing tablet mengandung 10 mg), tetapi vitamin E biasanya tidak mempengaruhi interaksinya. Bukti eksperimental menunjukkan bahwa Saw Palmetto dapat menghambat sitokrom P450 isoenzim CYP2C9, yang merupakan jalur penting metabolisme warfarin(9).

Antiplatelet dan antikoagulan sebagai obat pengencer darah jika dikombinasikan dengan Saw palmetto dapat mempengaruhi kemampuan darah untuk membeku, dan bisa mengganggu aktivitas dari obat pengencer darah tersebut, termasuk:Warfarin (Coumadin), Clopidogrel (Plavix), Aspirin(9).

 

  1. Saw palmetto + Food

Tidak ada interaksi yang ditemukan(9).

  1. Saw palmetto + Herbal medicines

Tidak ada interaksi yang ditemukan(9).

  1. Saw Palmetto + Finasteride (Proscar) :

     Karena saw palmetto mungkin memiliki efek yang sama dengan finasteride (Proscar), sebaiknya  tidak menggunakan herbal ini untuk  dikombinasi dengan finasteride atau obat lain yang digunakan untuk mengobati BPH kecuali diarahkan oleh dokter(9).

  1. Kontrasepsi oral dan terapi penggantian hormon + Saw palmetto dapat mengurangi jumlah reseptor estrogen dan androgen, sehingga hormone tidak  memiliki efek. Hal ini dapat menyebabkan kontrasepsi oral kurang efektif dan meningkatkan risiko kehamilan yang tidak direncanakan(9).

 

  1. 5.      Efek Toksik

Tidak ada efek toksik yang terjadi selama penggunaan Saw Palmetto. Namun efek samping yang dilaporkan terjadi adalah pusing, sakit kepala, mual dan muntah, sambelit atau diare, kehilangan nafsu makan, gangguan pada hati dan pankreas dengan presentasi kejadian yang sangat minimal. Efek samping yang lain berhubungan dengan respon tubuh terhadap hormone seks estrogen dan testosterone seperti gairah seks menurun, impotensi atau disfungsi ereksi, rasa tidak nyaman pada testis dan nyeri payudara(9).

 

  1. 6.      Dosis

160 mg dua kali sehari sampai dosis maksimum 320 mg per hari(9).

 

  1. 7.      Farmakokinetika (ADME)

Untuk parameter farmakokinetik primer,sekunder maupun turunan tidak ada data yang dilaporkan maupun penelitian yang dilakukaan.

Hanya ditemukan data  pada proses metabolisme yaitu Saw palmetto dengan dosis 160 mg mengandung 85 – 95 % asam lemak dan sterol diketahui menghambat CYP P450 isoenzyme CYP 2D6, CYP 2C9, dan CYP 3A4 secara in vitro meskipun secara klinis belum diketahui secara relevan(9).

 

  1. IV.   DAFTAR PUSTAKA

 

  1. McKenna, J Dennis., Jones, Kenneth., Hughes, Kerry, 2011, Botanical Medicines : the Desk Reference for Major Herbal Suplements, 2nd edition, The Haworth Press, Inc, Binghmaton, page 878
  2. Doengoes, ME., Moorhouse MF., Geisher AC., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi III, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 67
  3. Hardjowidjoto, S., 2000, Benign Prostat Hiperplasia, Airlangga University Press, Surabaya
  4. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G Bare, 2002,  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8 Vol 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
  5. Purnomo BB, 2008, Dasar-dasar Urologi : Hiperplasia Prostat, edisi kedua, Sagung Seto, Jakarta, hal 77-79
  6. McPhee SJ., Papadakis MA., 2001, Current Medical Diagnosis and Treatment : Urologic Disorder, The McGraw-Hill Companies, United States of America, page 923-925
  7. Suzuki, Mayumi., Ito, Yoshishiko., Fujino, Tomomi, et all., 2009, Pharmacological Effect of Saw Palmetto Extract in the Lower Urinary Tract, Acta Pharmacol Sin  2009  Mar; 30 (3): 271–281
  8. Barry, Michael., Meleth, Sreelatha, Lee Y, Jeannette., 2011, Effect of Increasing Doses of Saw Palmetto Extract on Lower Urinary Tract Symptoms : a Randomized Trial, JAMA, September28,2011—Vol306,No.12
  9. Willamson, Elizabeth.,Driver, Samuel.,Baxter, Karen., 2009, Stockley’s Herbal Medicine Interactions, Pharmaceutical Press, London, page 344-346

 

 

 

Leave a comment